Sabtu, 10 Desember 2011

It's All About 11th December

Ini tentang kisah 11 Desember.

Pada tanggal 11 Desember 1990 pukul 06:00 WIBJ (Waktu Indonesia Bagian Jonggrang), lahirlah seorang bayi perempuan cantik. Ia menangis sangat kencang merasakan dinginnya udara pagi di bumi untuk pertama kalinya. Kedua orang tuanya (Umayah dan Sutarso) tersenyum penuh haru. Mereka sangat bahagia atas kehadiran buah hati pertama mereka, hasil perkawinan pada bulan Maret 1990.

Karena lahir pada bulan Desember, sang Ibu berniat memberinya nama DESI ARYANTI. Namun, beliau teringat pada DAISY, pacarnya DONALD DUCK. Karena tidak ingin putrinya “mirip” dengan bebek, beliau mengurungkan niatnya :D. Akhirnya atas anjuran seorang kiya’i, sang bayi diberi nama AI NURROCHMAH. Nama tersebut sebenarnya untuk saudara sepupu laki-laki sang bayi (Loh?) yang lahir beberapa bulan lebih awal. Namun berdasarkan perhitungan Jawa, nama tersebut ternyata tidak cocok untuk si sepupu. Setelah mengalami modifikasi, akhirnya nama tersebut disumbangkan kepada bayi tersebut.

Tahun berganti tahun, sang bayi tumbuh menjadi balita yang sehat dan montok (suwit … suwit…). Namun Ain (begitu sapaan akrabnya di lingkungan rumahnya), sangat pemalu dan jarang berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Hal ini tentu saja meresahkan kedua orang tuanya. Akhirnya pada bulan Juni tahunmereka menyekolahkan Ain kecil ke TK Pertiwi Plumbon. Namun karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, Ain kecil hanya mengenyam bangku TK selama 1 tahun. Di TK tersebut Ain kecil bertemu dengan “Sunny” yang kelak akan menjadi CINTA PERTAMAnya. Kedua orang tuanya yang sibuk bekerja membuat Ain kecil mandiri untuk urusan pulang pergi sekolah.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Suatu hari, Ain kecil masuk rumah sakit karena gangguan paru-paru. Ia dirawat di RSUD Arjawinangun selama 2 minggu. Tubuh kecilnya dijejali berbagai macam obat-obatan dan jarum infus. Berat badannya turun drastis. Sejak saat itu, Ia dilarang untuk minum es dan bermain hujan-hujanan (hikz!).

Pada usia 5.5 tahun, Ain kecil meneruskan pendidikannya ke SDN 1 Plumbon. Prestasinya di SD terbilang sangat memuaskan (bangga dikit gpp kan?). Selama 6 tahun masa pendidikan, ia selalu masuk 3 besar. Sembari SD, Ain kecil juga menempuh pendidikan agama di TKA/TPA An-Nuur sejak kelas 2 SD. Teman-temannya di madrasah yang mayoritas laki-laki, membuat Ain kecil tumbuh menjadi sosok gadis tomboy yang hobi bermain sepeda. Bahkan sepeda kebanggaannya pun model laki-laki!

Pada 18 mei 1998, Ain kecil dikaruniai seorang adik perempuan bernama REGINA NURHIKMAH. Sebenarnya Ia dan keluarganya menginginkan seorang adik laki-laki. Namun nikmat Tuhan harus tetap disyukuri. Ain kecil sangat senang karena Ia tidak kesepian lagi di rumah. Namun kondisi keuangan keluarga memburuk. Pasca melahirkan, otomatis sang Ibu tidak bekerja lagi. Mengandalkan gaji dari sang ayah jelas tidak cukup. Saudara-saudara pun tak dapat diandalkan untuk diminta bantuan (Sungguh kejam dunia ini. Hikz!). Akhirnya saat Ain kecil duduk di kelas 5, sang Ibu memutuskan untuk bekerja kembali. Ain kecil pun mendapat tugas untuk mengasuh adiknya. Waktunya kembali dihabiskan di rumah lebih banyak. Namun, Ain kecil tidak pernah mengeluh karena hanya hal inilah yang dapat ia lakukan untuk membantu keluarganya. Sejak saat itu, seorang Ai Nurrochmah berpendapat bahwa hidup itu harus mandiri dan berusaha keras.

Pada tahun ajaran 2002/2003 Ain kecil melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Plumbon. Lagi-lagi musibah menghampirinya. Pada hari pelaksanaan ujian masuk, ia mendadak sakit (OMG!). Bahkan untuk bangkit dari tempat tidur pun sangat sulit rasanya. Kedua orang tuannya menghimbau agar jangan terlalu dipkasakan. Namun Ain kecil tak mau menyerah, ia tetap mengikuti ujian. Hasil ujian mengahruskan ia tak dapat masuk di kelas unggulan. Namun Ain tidak berkecil hati, karena ia berprinsip bahwa ditempatkan dimanapun yang menentukan adalah diri kita sendiri. Ain masuk ke kelas 1F, disana Ia bertemu kembali dengan “Sunny”. Sejak itulah Ain berubah jadi Ai.

Allah Maha Adil. Naik ke kelas 2, Ai ditempatkan di kelas 2G (kelas unggulan). Disana Ia bertemu dengan Een Sirwendah, Dede Lestari, dan Sri Lestari. Keempat gadis kecil ini ternyata merasa saling cocok dan membentuk geng bernama ADES (kini berganti nama menjadi TWEENIES). Alhamdulillah, hingga kini keemapt sekawan tersebut masih tetap langgeng :)

Menginjak kelas 3, Ain kecil tumbuh menjadi Ai remaja. Ia menemukan cinta pertamanya. Namun cerita cinta ini tak berjalan dengan mulus (ah sudah kita skip saja bagian ini!).

Prestasi intra maupun ekstrakulikuler seorang Ai Nurrochmah di tingkat SMP juga tidak mengecewakan. Ia aktif dalam kegiatan PMR, menduduki jabatan sebagai sekretaris dan sering memenangkan berbagai lomba. Di kelas pun , Ia tak pernah out of chart dari top ten the best.

Dengan nilai UAN sebesar 25,50 sebenarnya Ai ingin dan bisa masuk ke SMA 6 Cirebon (pengen masuk ke sana juga karena ada si “Sunny” juga sih :D). Namun kedua orang tuanya tidak mengizinkan karena khawatir akan kesehatannya yang sering sakit-sakitan. Akhirnya Ia memilih SMAN 1 Plumbon sesuai keinginan orang tuanya.

Pilihan orang tua memang selalu yang terbaik untuk anaknya. Di sekolah itu Ai mendapatkan beasiswa selama 3 tahun full karena prestasinya yang sangat bagus (Alhamdulillah bisa meringankan sedikit beban ortu). Ia selalu mendapatkan posisi pertama. Hingga di hari wisuda Ia dinobatkan sebagai juara umum kelompok IPA.

Ada cerita menarik waktu di SMA. Ai nekat masuk Pramuka. Suatu hari ambalannya mengikuti kegiatan LPKM di STAIN. Ternyata Ai terkena virus cinlok (haha, sinetron pisan ya?). tapi meskipun love at the first sight, tapi Alhamdulillah sampe sekarang masih langgeng (doakan ya?). Jodoh mah gak akan kemana, iya kan?

Tanggal 1 September 2008, Ai Nurrochmah resmi menjadi mahasiswi Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. Lagi-lagi langkahnya ini menemui kerikil tajam. Sebenarnya sang Ibu tidak setuju. Beliau ingin putrinya menjadi seorang bidan. Namun Ai yang telah jatuh cinta pada Kimia dan mempunyai cita-cita menjadi guru sejak SD terpaksa menentang keinginan Ibunya (Sorry Mom!). Namun, Ia sempet kecewa juga ketika lamaran PMDK-nya ditolak. Dalam keadaan frustasi, Ai iseng-iseng mengikuti try out di Poltekkes. Ternyata Ia mendapat juara 2. Keadaan ini membuatnya sangan bingung. Ia sempat ingin membuang impiannya. Tapi akhirnya Ia mencoba peruntungannya sekali lagi mengikuti UM UPI. Alhamdulillah Ia lolos. Akhirnya sang Ibu pun mengikhlaskan.

Hingga kini Ai telah menginjak semester 7 dan mulai mencoba menyusun skripsi. Doakan ya teman-teman … :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar