Rabu, 06 Juli 2011

JAGA AMARAH YUK!

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, "Sesungguhnya ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah saw., '(Ya Rasulullah) nasihatilah saya!' Beliau bersabda, 'Janganlah marah.' Orang itu meminta berkali-kali. Maka Beliau bersabda, 'Janganlah engkau marah.' (HR. Bukhari)

Alkisah ada seorang pemuda yang sulit sekali menjaga amarahnya. Sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit marah. Akhirnya ia meminta nasehat kepada ayahnya agar mampu mengendalikan amarahnya. "Cobalah tancapkan satu paku di pagar rumahmu saat engkau marah dan tak bisa meredamnya. Jika kau berhasil meredam amarahmu, cabutlah satu paku yang tertancap itu”. Demikian nasihat sang ayah.

Pemuda tersebut kemudian melaksanakan nasihat ayahnya. Saat ia marah dan tidak bisa meredam amarahnya, ia tancapkan satu paku di pagar rumahnya, dan saat ia berhasil meredam amarahnya, ia cabut satu paku itu.

Awalnya banyak sekali paku yang tertancap di pagar rumah pemuda tersebut. Pemuda itu pun sadar bahwa ia harus berusaha lebih keras lagi.

Singkat cerita, pemuda tersebut berhasil meredam amarahnya dengan baik. Hingga tak ada lagi paku yang menancap di pagar rumahnya. Ia pun segera memberitahu ayahnya. “Ayah, aku sudah berhasil meredam amarah”, kata si pemuda. Ayah pun pergi ke rumah pemuda tersebut untuk membuktikan perkataan anaknya. Dan memang benar, sudah tidak ada satu paku pun yang menancap di pagar rumah anaknya itu. “Anakku, kau memang sudah mampu meredam amarahmu. Tapi lihatlah pagar rumahmu. Di sana banyak lubang yang tak bisa kau tutupi. Lubang-lubang akibat paku yang kau tancapkan. Anakku sama halnya dengan manusia. Saat kau melukai hati seseorang, ia mungkin bisa memaafkanmu sebagaimana engkau bisa mencabut paku-paku itu. Tapi, luka akibat perbuatanmu akan membekas di hatinya, sebagaimana lubang yang tak bisa kau tutupi. Yang tak bisa kau perbaiki dan kembalikan seperti semula. Oleh karena itu anakku, tahanlah amarahmu agar tak ada luka di hati saudaramu”.

***
Mengingat cerita salah seorang sahabat Rasulullah (jika tidak salah Ali bin Abi Thalib). Ketika ada orang yang mencaci maki beliau lalu beliau mampu meredam amarahnya, Rasulullah tersenyum. Pada cacian berikutnya yang lebih pedas lagi, beliau masih mampu meredam amarahnya. Rasulullah kembali tersenyum. Kemudian pada cacian berikutnya yang lebih pedas dan sudah tidak berperikemanusiaan lagi, beliau tidak bisa menahan amarahnya. Rasulullah pun pergi dari rumah Ali. Saat tersadar kemudian Ali pun mengejar Rasulullah. “Wahai Rasul, mengapa engkau meninggalkan rumahku tanpa izin dariku?” Rasulullah menjawab, “Wahai Ali, saat engkau marah dan kau mampu meredam amarahmu, malaikat turun dan menyampaikan salam dari Allah swt untukmu. Tapi saat kau marah dan kamu tidak mampu meredamnya, malaikat tidak turun dan syaithan-syaithan mengelilingimu. Aku tidak mau berada di tempat seperti itu.”

Tips saat amarah mendera:
Jika kamu sedang berdiri, maka duduklah
Jika kamu sedang duduk, maka berbaringlah
Ucapkan istigfar, dan apabila marahmu belum reda maka berwudlulah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar